Tidak mudah untuk menyandang predikat Guru Mursyid Mukammil, kalau bukan Allah sendiri yang menunjuknya (yahdillahu linuurihi man yasyaa QS. An Nur:35). Secara khusus para ulama memberikan kriteria atau ciri-ciri Guru Mursyid Kamil Mukammil.
Menurut Kitab Khazinatul Asrar halaman 194 disebutkan bahwa Guru Mursyid yang sah menjadi pewaris Nabi Muhammad saw diantaranya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
ﻭَﺷُﺮُﻭْﻁُ ﺍﻟﺸَّﻴْﺦِ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻳَﺼْﻠُﺢُ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﻧَﺎﺋِﺒًﺎ ﻟِﺮَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺗَﺎﺑِﻌًﺎ ﻟِﺸَﻴْﺦٍ ﺑَﺼِﻴْﺮٍ ﻳَﺘَﺴَﻠْﺴَﻞُ ﺇِﻟَﻰ ﺳَﻴِّﺪِ ﺍﻟْﻜَﻮْﻧَﻴْﻦِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ﻭَﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ ﻟِﺄَﻥَّ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻞَ ﻻَﻳَﺼْﻠُﺢُ ﻟِﻺِﺭْﺷَﺎﺩِ ﻭَﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﻣُﻌْﺮِﺿًﺎ ﻋَﻦْ ﺣُﺐِّ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺣُﺐُّ ﺍﻟْﺠَﺎﻩِ ﻭَﻳَﻜُﻮْﻥَ ﻣُﺤْﺴِﻨًﺎ ﻟِﺮِﻳَﺎﺿَﺔِ ﻧَﻔْﺴِﻪِ
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Syarat-syarat guru yang patut menjadi pengganti Rasulullah adalah;
- Mengikuti seorang guru yang dapat melihat (dengan hati) yang menyambung silsilahnya sampai kepada Rasulullah, sang pemimpin dua makhluk (jin dan manusia).
- Harus Alim (menguasai ilmu dzahir dan bathin), sebab orang yang bodoh tidak bisa menjadi penunjuk kebenaran.
- Selalu berpaling dengan kecintaan kepada dunia dan kedudukan.
- Selalu baik dalam mendidik Nafsunya (Riyadlatun-Nafsi), seperti sedikit makan dan minum, serta berbicara dan banyak shalat, shadaqah serta berpuasa.
- Mempunyai sifat dan akhlaq terpuji, seperti : sabar, syukur, tawakkal, yakin, pemurah, qanaah, pengasih, rawadhu, shiddiq, haya, wafa, wiqor dan syukur”.
Dalam kitab Tanwirul Qulub karangan Syeikh Muhammad Amin Kurdi disebutkan bahwa syarat seorang Guru Mursyid Kamil itu ada 24 syarat, yang ringkasnya adalah Sirah Guru Mursyid tersebut seperti sirah (perilaku) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Diantaranya adalah:
- Harus seorang yang alim dalam segala keilmuan yang dibutuhkan oleh para murid.
- Harus seorang yang Arif terhadap kesempurnaan kalbu dan adab-adabnya, serta mengetahui segala bencana dan penyakit nafsu serta cara menyembuhkannya.
- Seorang yang lemah lembut, pemurah kepada kaum muslimin, khususnya kepada para muridnya. Apabila melihat para muridnya belum mampu untuk melawan nafsunya dan kebiasaannya yang jelak misalnya, Beliau lapang dada terhadap mereka setelah menasehatinya dan bersikap lemah lembut kepadanya sampai mereka mendapat petunjuk.
- Selalu menutupi segala yang timbul dari aib yang menimpa para muridnya.
- Bersih dari harta para muridnya serta tidak tamak terhadap apa-apa yang ada ditangan para muridnya.
- Selalu melaksanakan perintah dan menjauhi segala larangan Allah, sehingga segala perkataannya berbekas pada diri para muridnya.
- Tidak banyak bergaul dengan para muridnya kecuali sekedar perlu dan selalu mengingatkan hal-hal yang baru dalam hal tarekat dan syari’ah sebagai upaya membersihkan jiwa dan agar beribadah kepada Allah dengan ibadah yang benar.
- Perkataannya bersih dari berbagai kotoran hawa nafsu, senda gurau, dan dari segala yang tidak bermanfaat.
- Lemah lembut dan seimbang dalam hak dirinya, sehingga kebesaran dan kehebatannya tidak mempengaruhi dirinya.
- Selalu memberi petunjuk kepada para muridnya dalam hal-hal yang dapat memperbaiki keadaannya.
Dijelaskan dalam kitab Ummul Barahin halaman 69,
ﻭَﻳَﺨْﺘَﺎﺭُﻩُ ﻟِﻠﺼَّﺤْﺒَﺔِ ﻣِﻦَ ﺍْﻷَﺋِﻤَّﺔِ ﺍﻟْﻤُﺆَﻳِّﺪِﻳْﻦَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺑِﻨُﻮْﺭِ ﺍﻟْﺒَﺼِﻴْﺮَﺓِ ﺍﻟﺰَّﺍﻫِﺪِﻳْﻦَ ﺑِﻘُﻠُﻮْﺑِﻬِﻢْ ﻓِﻰ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻌَﺮَﺽِ ﺍﻟْﺤَﺎﺿِﺮِ ﺍﻟْﻤُﺸْﻔِﻘِﻴْﻦَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﻛِﻴْﻦِ ﺍﻟﺮُّﺅَﻓَﺎﺀِ ﻋَﻠَﻰ ﺿُﻌَﻔَﺎﺀِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﻓَﻤَﻦْ ﻭَﺟَﺪَ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﻋَﻠَﻰ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﺼِّﻔَﺔِ ﻓِﻰ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺰَّﻣَﺎﻥِ ﺍﻟْﻘَﻠِﻴْﻞِ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﺟِﺪًّﺍ ﻓَﻠْﻴَﺸُﺪَّ ﻳَﺪَﻩُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻟِﻴَﻌْﻠَﻢَ ﺃَﻧَّﻪُ ﻻَﻳَﺠِﺪُ ﻟَﻪُ ﺛَﺎﻧِﻴًﺎ ( ﺃﻡ ﺍﻟﺒﺮﺍﻫﻴﻦ ﺹ 69 )
“Dan Ulama memilih untuk berguru kepada imam-imam Muayyidin (yang menguatkan) agama Allah dengan nur pengawasannya, yang zuhud (Zahidin) terhadap/dari dunia (harta), yang mengasihi (musyfiqin) orang-orang miskin, yang lembut dan kasih sayang (ru’afa) kepada orang-orang mukmin yang lemah. Maka barang siapa menemukan seseorang yang bersifat seperti sifat ini pada zaman yang sangat sedikit kebaikannya ini, maka berpegang kuatlah dan belajarlah kepadanya, karena sesungguhnya ia itu tiada duanya”
Dari keterangan di atas disebutkan ada syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi Guru Mursyid Kamil, yaitu:
- Muayyidin : Memperkuat dan menghidupkan ajaran agama Islam dengan Nur Bashiroh (mata hatinya).
- Zahidin : Zuhud terhadap harta dunia, tidak mau meminta-minta kepada manusia dan jin.
- Musyfiqin : menyayangi orang-orang miskin, menyantuni ribuan orang melarat dengan penuh kasih sayang.
- Ru’afa’u Lil mu’minin : memiliki kasih sayang dalam mendidik orang-orang bodoh sehingga memiliki keimanan yang haqqul yaqin (Mu’min Sejati).
Itulah diantara berbagai ciri-ciri Guru Mursyid Kamil yang akan mendidik kita agar sampai kepada Allah subhanahu wa ta’ala, berdasarkan pengalaman dirinya yang memang beliau sudah wushul kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Carilah Guru Mursyid yang memenuhi kriteria tersebut walaupun harus pergi sampai ke ujung dunia, walaupun harus merangkak di atas salju. Karena Dialah yang memahami jalan keselamatan dunia akhirat. Alangkah ruginya orang yang tidak memiliki Guru Mursyid. Lebih rugi lagi, orang yang sudah menemui Guru Mursyid tapi tidak bisa mengambil Manfaat dan hikmah darinya.
Mufti Jakarta Sayyid Utsman bin Yahya, mengingatkan agar berhati-hati dengan Guru Mursyid Gadungan walaupun secara dzahir sanad Thariqahnya bersambung kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, tapi secara batin belum tentu tersambung dengan Sirrnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
Syaikh Abdul Qodir Al Jailani juga mengingatkan bahaya dari Mursyid Gadungan ini,
“المرشد اذا احب الدنيا فهو كلب عقور”
Di dalam Kitab Kitab Masyro’ur Rowi, Syaikh Abdul Qodir Jailani berkata:
“Seorang Mursyid jika mencintai dunia maka Dia adalah Anjing Buas”.
Akhlaknya tidak mengikuti akhlaknya Rasulullah saw dan perilakunya tidak mengikuti Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Wallahu a’lam bishawab, Semoga bermanfaat.
Penulis: Dr. H. Ajid Thohir, Ketua MATAN Jawa Barat ( JATMAN)