Panen Porang Disebut Sampai Rp 200 Juta per Hektare, Petani: Bibit Mahal

- Editor

Selasa, 22 Juni 2021 - 06:10 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkap hasil menjanjikan dari komoditas yang sedang booming, porang. Menurutnya, dalam delapan bulan pertama komoditas jenis umbi itu bisa menghasilkan Rp 40 juta per hektare, delapan bulan kedua Rp 80 juta, dan delapan bulan ketiga bisa sampai Rp 200 juta.

Syahrul menjadikan porang sebagai contoh dalam arahan yang diberikannya untuk pemerintahan di daerah-daerah, Sabtu 19 Juni 2021. Dia mengatakan pemimpin daerah harus bisa merancang konsep pembangunan pertanian secara terukur dan tepat sasaran.

Ada tiga arahan pengembangan sektor pertanian yang disampaikannya yakni konsolidasi antarpemimpin daerah, merancang konsep tepat guna serta memanfaatkan penggunaan alat mesin pertanian, dan yang terakhir, mampu menghitung komoditas apa saja dalam memenuhi kebutuhan pasar ekspor.

“Seorang pimpinan daerah harus bisa menembus pasar internasional, dan bukan hanya menembus pasar nasional,” ujarnya.

Itu artinya, menurut Syahrul, seorang pemimpin daerah harus jeli dan pintar dalam menentukan produk pangan lokal yang memiliki potensi ekspor. contoh selain porang yang disodorkannya adalah kunyit merah yang saat ini disebutkannya dibutuhkan masyarakat dunia.

Baca juga:  Pj Gubernur Aceh Hadiri Rakernas APPSI Tahun 2023 di Balikpapan

Secara terpisah, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Kendari, Sulawesi Tenggara, N. Prayatno Ginting, mengungkap kalau saat ini porang asal Indonesia berhasil menembus pasar Cina, Jepang, Taiwan dan Korea Selatan. Tercatat pada 2019, volume ekspor porang sebanyak 11.721 ton dengan nilai Rp 644 miliar, kemudian meningkat pada 2020 sebanyak 20.476 ton dengan nilai Rp 924,3 miliar.

“Peluang pasarnya terbuka lebar, kami siap mengawal porang dari Kabupaten Konawe Kepulauan masuk pasar global juga,” kata Ginting.

Kepala Dinas Pertanian Konawe Kepulauan Muhammad Tahrir menuturkan, ada 653 petani yang telah melakukan budidaya porang di wilayahnya. Terbagi ke dalam 136 kelompok, total produksi mereka sejauh ini 50-60 ton sekali panen per kelompok. Seluruhnya diakui masih sebatas dipasarkan ke pasar domestik, ke Surabaya.

“Dengan pembekalan teknis ekspor dari Karantina Pertanian Kendari semoga bisa ekspor dan petani Konkep bisa mendapat nilai tambah,” katanya.

Dari Sumatera Selatan, Ketua Asosiasi Petani Porang, Rabik, juga mengatakan kalau selama ini produk komoditas porang dari daerah ini masih sebatas tujuan Pulau Jawa. Distribusi berasal dari area produksi 100 hektare dengan jumlah petani sekitar 35 orang.

Baca juga:  Jokowi Cabut Larangan Ekspor Kelapa Sawit

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah menetapkan Kabupaten Banyuasin sebagai sentra budidaya tanaman porang. Daerah yang terkenal sebagai sentra padi tersebut dijadikan proyek percontohan pertanian umbi porang.

Seorang petani porang asal Lampung Selatan, Winner Silalahi, mengungkap permintaan ekspor porang dalam bentuk chips memang belum sepenuhnya dapat terpenuhi. Namun dia mengungkap pula catatannya berupa biaya pembibitan yang masih mahal.

Menurut dia, butuh kerja sama dengan perusahaan jika ingin mengejar kebutuhan ekspor tersebut. Ini karena, untuk bibit porang jenis katak, harganya saat ini dapat mencapai Rp 250 ribu per kilogram dan mencapai Rp 800 ribu untuk bibit yang berasal dari bunga.

“Dengan bekerja sama dengan perusahaan kita bisa lebih terbantu, karena tidak bingung harus menjual hasil panen,” katanya sambil menambahkan saat ini kontrak dengan perusahaan sudah dilakukan untuk menyerap panen porang milik petani yang ada di sejumlah kabupaten di Lampung dengan luasan mencapai 50 hektare per daerah.

Sumber : Tempo.co

Follow WhatsApp Channel lugas.co untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Temui Teuku Riefky Harsya, Haji Uma Bahas Pengembangan Ekonomi Kreatif
Haji Uma dan Pemerintah Aceh Sambut 7 Nelayan dari Myanmar
ICJL Dorong Publik Tolak Tambang Untuk Perguruan Tinggi
SMA Negeri 3 Bogor Gelar Pentas Seni
ICJL Nilai Kebijakan Pemerintah Mengarah Ke Bunuh Diri Ekologi
Pandangan pakar UGM kenapa pemanfaatan geothermal masih rendah di Indonesia
Jimly Assiddiqie: Indonesia Bentuknya Republik tapi Kelakuannya Kerajaan
Airlangga Dikabarkan Mundur Dari Ketum Golkar

Berita Terkait

Kamis, 13 Februari 2025 - 14:34 WIB

Temui Teuku Riefky Harsya, Haji Uma Bahas Pengembangan Ekonomi Kreatif

Minggu, 2 Februari 2025 - 14:19 WIB

Haji Uma dan Pemerintah Aceh Sambut 7 Nelayan dari Myanmar

Jumat, 24 Januari 2025 - 09:49 WIB

ICJL Dorong Publik Tolak Tambang Untuk Perguruan Tinggi

Selasa, 21 Januari 2025 - 22:58 WIB

SMA Negeri 3 Bogor Gelar Pentas Seni

Sabtu, 18 Januari 2025 - 14:15 WIB

ICJL Nilai Kebijakan Pemerintah Mengarah Ke Bunuh Diri Ekologi

Berita Terbaru

Firdaus Cahyadi, pendiri Indonesian Climate Justice Literacy. [Foto/ Ist]

Lingkungan

ICJL Dorong Intelektual Kampus Tolak Revisi UU Minerba

Jumat, 14 Feb 2025 - 10:02 WIB

Pelepasliaran Tukik Penyu Lekang di  Aceh Singki. Foto/ Istimewa

Berita

Pemkab Aceh Singkil Lepasliarkan 84 Tukik Penyu Lekang

Senin, 10 Feb 2025 - 18:00 WIB