Organisasi ini didirikannya setelah melihat realita pengamalan ajaran Islam yang ada dalam masyarakat sudah jauh menyimpang dari ajaran Islam.
Menurut Abuya Amran, kondisi ini bukan hanya dalam tataran praktik, namun juga pemikiran keislaman, keimanan, i’tiqad dan sisi makrifat dalam beragama. Masyarakat Islam pada saat itu sudah tidak paham lagi dengan apa yang dimaksudkan dalam ajaran agama. Yang terjadi justru, dalam beragama muncul sifat nifaq dan fasiq dalam dada orang yang menyatakan diri sebagai umat Islam.
Kondisi ini bukan bukan hanya dalam masyarakat awam yang memang sekali memiliki keterbatasan untuk mendapatkan pendidikan agama yang memadai, namun juga dalam tubuh pemerintahan, bahkan di kalangan umara dan ulama, serta di kalangan cendikiawan kampus sekaliapun. Praktik ini telah membuat umat Islam semakin mundur dan tidak beranjak dari berbagai perubahan yang mungkin dilakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tauhid dan tasawuf bertujuan mengembalikan kondisi tersebut kepada ajaran Islam yang sebenarnya, sesuai apa yang telah diperintahkan Allah Swt. dan Rasul-Nya mengenai larangan-Nya, baik dalam tataran zahir dan batin. Sebab dengan jalan inilah manusia kembali mendapatkan jati dirinya sehingga menjadi manusia sejati atau insan kamil.
Kondisi seperti ini pernah dicapai oleh para Rasul, nabi dan orang-orang shalih, seperti para wali Allah Swt. dan ulama terdahulu. Mereka merupakan orang-orang yang telah membersihkan hati dari berbagai nafsu dunia, menjaga hatinya dari berbagai keingian dan ketergantungan terhadap kepemilikan harta benda yang mengganggu hubungan antara manusia dengan Allah Swt.
Sejak berdiri, kegiatan MPTT telah diikuti oleh jama’ah dari berbagai unsur masyarakat yang bukan hanya masyarakat Labuhan Haji, melainkan juga di berbagai kecamatan di Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Aceh Barat.
Kegiatan utama MPTT adalah pengajian dan zikir tarekat Naqsabandiyah. Pengajian bukan hanya dilaksanakan di lingkungan Dayah, namun juga di masjid gampong-gampong dengan mengundang Abuya Amran sebagai mursyidnya. Lama-kelamaan jamaah MPTT mulai tumbuh besar dan organisasi MPTT bergerak lebih maju dan meluas.
Saat ini MPTT pimpinan Abuya Syekh H. Amran Waly Al-Khalidi telah berkembang di daerah. Di Aceh MPTT memiliki cabang di semua kabupaten /kota, dari Banda Aceh, sampai Aceh Tenggara, Singkil dan Kuala Simpang.
MPTT juga mulai berkembang di berbagai kota di Indonesia. Setidaknya ada lima kota Provinsi yang sudah memilik cabang MPTT antara lain: Jakarta (Kali Malang), Sulawesi Utara (Manado), Gorontalo, Padang (Batu Sangkar), Riau (Bangkinang Batu Bersurat).
MPTT juga terus berkembang ke berbagai daerah provinsi di Indonesia seperti Medan, Jambi, Batam, Makassar, Maluku Utara dan bahkan sekarang dakwah MPTT telah sampai ke Sorong. MPTT mulai berkembang di Malaysia khususnya di Kuala Lumpur, Selangor dan Johor.
Untuk cabang Aceh, Abuya mengunjungi hampir setiap bulan sekurang-kurangnya sekali. Sementara cabang-cabang lain, Abuya datang kesana setiap enam bulan secara bersafari didampingi oleh beberapa jamaah dari Aceh.
Dalam setiap kesempatan menyampaikan pengajian pada jamaah MPTT di berbagai daerah, Abuya Amran menekankan pentingnya berpegang pada tali Allah untuk memurnikan tauhid kepada-Nya. Menurut Abuya, tauhid terbagi dalam lima tingakatan:
1. Tauhid Ilmu atau kalam dalam pembahasan i’tiqad untuk mengesahkan iman dan ibadah seperti yang pernah diterangkan di dalam kitab-kitab tauhid berdasarkan Ahlussunnah waljamaah yang dirintis oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi.
2. Tauhid Amali yaitu kita berqashad, berjalan hati untuk mendapatkan keridhaan-Nya, pengamalan tarekat antara lain tarekat Naqshabandi Khalidiyah.
3. Tauhid Ahwal untuk mencapai maqam tajalli, merasakan kehadiran-Nya atau “berjinak-jinak” dengan-Nya, untuk menghilangkan sangkutan hati dari selain Allah.
4. Tauhid Syuhud dan ‘ayan, yaitu telah dibukakan hijab karena sinaran cahaya kebagusan dzat yang membawa kepada fana telah hilang wujud selain Allah dalam pandangannya.
5. Tauhid Wujudi dan irfani telah hilang dengan tamkin/tetap wujud selain Allah Swt. atau dengan istilah lain fannaul fana untuk mendapatkan maqam baqa supaya zahir tauhid hakiki dan makrifat ketauhidan pada batinnya untuk menghilangkan syirik khafi dan kenifakan di dalam dirinya sebagai mukmin sejati.
Pada hakikatnya tauhid itu adalah wahdah (menunggalkan) artinya menunggalkan perbuatan, asma, sifat dan dzat Allah Swt. Segala sesuatu dari Allah, dengan Allah dan segala sesuatu karena Allah menuju kepada Allah dan kembali kepada Allah.
Abuya membagi tauhid menjadi lima berdasarkan level dan tingkatan pemahaman seseorang. Ada yang memahami tauhid secara akal melaui dalil-dalil dan ada yang memahani tauhid dengan Dzauq dan Syuhud.
Tauhid tingkat pertama merupakan tauhid sangat banyak dipahami semua orang, tauhid ini kebanyakan diajarkan di berbagai pesantren-pesantren dan umum. Mulai matan Sanusi hingga kitab ad-Dusuqi.
Tauhid kedua, tauhid yang masih banyak dipahami namun sudah mulai jarang diajarkan kepada semua orang.
Tauhid ketiga ini telah jarang dipahami dan diajarkan dalam masyarakat.
Sedangkan tauhid tingkat keempat dan kelima ini tauhid yang telah langka dan dibilang sudah tidak ada lagi orang yang memahami apalagi diajarkan.
Adapun tauhid keempat diatas disebut juga tauhid wahdatul syuhud sedangkan tauhid kelima adalah tauhid wahdatul wujud. Untuk sekedar lebih memahami kedua istilah tersebut, oleh Prof. Dr. Mohammed Haj Yousef telah memberikan perbedaan dan definisi menyangkut persoalan wahdatul syuhud dan wahdatul wujud. ia menjelaskan ;
وحدة الشهود تحصل للشخص عندما يفنى عن العالم فلا يرى في الوجود غير الحق – مثل من ينظر إلى ضوء شديد فلا يرى أي شيء غيره
وحدة الوجود هي الحقيقة النهائية – ففي نهاية الأمر ليس هناك وجود حقيقي إلا لله سبحانه وتعالى — ووجود الخلق هو وجود بالله وليس معه. وجود العالم مؤقت ومحدود ووجود الله حقيقي مطلق ودائم.
Wahdat asy-Syuhud dicapai seseorang manakala ia fana dari alam. Karena itu, ia tidak menyaksikan di dalam wujud selain al-Haqq, seperti orang yang melihat cahaya sangat terang sehingga ia tidak bisa melihat apapun selain cahaya itu.
Sedangkan wahdat al-wujud adalah hakikat yang final. Sebab, pada akhirnya, di sana tidak wujud hakiki selain Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Wujud manusia adalah wujud sebab Allah, bukan bersama Allah. Wujud alam ini sementara dan terbatas, sedangkan wujud Allah itu hakiki absolut dan perennial.
Sementara hakikat tasawuf yang dimaksud pengajian MPTT dibagi kedalam empat hal utana;
1. Untuk membersihkan nafsu dari pada dosa dan penyakit-penyakit nafsu, seperti dengan taubat, dan zuhud.
2. Untuk mencapai akhlak yang mulia melalui bermuamalah hati dengan Allah untuk mencapai cahaya hadharat Ilahi di dalam batinnya, seperti tawakal dan istiqamah.
3. Untuk memperjuangkan hati agar dapat mencapai maqam yang tinggi di sisi Allah Swt. Berkumpul dengan Allah di mana dia berada di dalam kehidupannya.
4. Untuk membaguskan pergaulan bersama hamba Allah dengan memiliki akhlak mulia sesama hamba dan dengan khaliqnya.
Demikianlah sejarah perkembangan dan peran fungsi MPTT yang telah digagas oleh Abuya Syekh H. Amran Waly Al-Khalidi.
Alhamdulillah kehadiran MPTT telah membawa perubahan signifikan yang sangat positif di dalam lapisan masyarakat baik di Aceh dan diberbagai wilayah Provinsi Indonesia. Fakta dapat memperlihatkan, banyak orang-orang yang dahulunya maksiat kini telah bertobat dan kembali ke jalan yang benar.
Penulis: Budi Handoyo (Dosen Prodi Hukum Tata Negara Islam Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Teungku Diruendeng Meulaboh-Kabupaten Aceh Barat)