BANDA ACEH, LUGAS.CO – Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh, dr. Hanif mengatakan bahwa, berdasarkan data RSJ Aceh, terdapat sekitar 22 ribu kasus gangguan jiwa di Aceh.
“Dari 22 ribu kasus, lebih dari 50 persen tergolong berat,” kata dr. Hanif yang dikutip Lugas.co, Kamis 17 April 2025.
Sebelumnya hal itu disampaikan dr Hanif pada peresmiaan Instalasi Rehabilitasi Terpadu Kuta Malaka milik Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh, Rabu, 16 April 2025.
Kata Hanif, kondisi itu menjadi dasar bagi RSJ Aceh membangun pusat rehabilitasi, seperti di Kuta Malaka, Aceh Besar.
“Lahan seluas 26 hektar milik RSJ Aceh yang semula direncanakan sebagai pusat layanan rumah sakit, kini difokuskan sebagai pusat rehabilitasi terpadu sesuai RPJM 2025–2030,” sebut Hanif.
Kata Hanif, sebelumnya di tanah tersebut dirancang pembangunan rumah sakit umum untuk layanan kesehatan jiwa.
“Sekarang diarahkan menjadi tempat rehabilitasi terpadu. Selain ODGJ yang sudah sembuh klinis, nanti korban Napza juga akan direhabilitasi disini,” sebut Hanif.
Hanif menuturkan bahwa sejumlah instansi telah memberikan dukungan dalam pengembangan fasilitas tersebut.
“Kami dibantu beberapa SKPA. Misalnya, Dinas Pertanian memberikan traktor, Dinas Peternakan dan Energi memberikan lampu penerangan dan bibit tanaman. Pasien kami tanam sayur, hasilnya mereka jual. Uangnya mereka pakai untuk belanja ke rumah sakit, minum kopi, beli baju. Ini bentuk pemberdayaan nyata,” ujar Hanif.
Hanif juga mengakui bahwa tantangan dalam merawat ODGJ masih besar, terutama karena stigma sosial dan keterbatasan ekonomi keluarga.
“Kadang orangtua mereka sudah meninggal, dan keluarga tidak sanggup merawat. Bahkan, ada anggapan bahwa kehadiran mereka mengganggu ketenangan kampung. Kami merasa bahwa kamilah yang harus menjaga mereka,” tegas Hanif.
Hanif menambahkan, standar minimal pelayanan 100 persen wajib dipenuhi.
“Kami sadar fasilitas di kabupaten dan kota masih terbatas. Karena itu, kami sampaikan kepada bupati dan wali kota, kalau dibutuhkan, kami siap membantu,” ujar Hanif.
Hanif juga menegaskan dukungan terhadap program eliminasi pasung yang dicanangkan pemerintah. Di mana ditargetkan eliminasi pasung bisa tuntas pada tahun 2025.
“Tolong bantu para polem-polem ini agar bisa sembuh dan hidup mandiri,” tambah Hanif.
Peresmian ini menandai langkah maju dalam upaya Pemerintah Aceh menghadirkan pelayanan kesehatan jiwa yang lebih manusiawi, terintegrasi, dan memberdayakan. Harapannya, Instalasi Rehabilitasi Terpadu Kuta Malaka dapat menjadi model inspiratif bagi daerah lainnya.
Acara peresmian turut dihadiri oleh sejumlah pejabat lintas sektor, di antaranya Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Kadis Koperasi dan UKM, Kepala Dinas Peternakan, Kepala DRKA, Kepala Biro Hukum, serta tokoh masyarakat seperti Adun Mukhlis, Ketua KPA Aceh Besar. []
Penulis : Misriani
Editor : Hal