JAKARTA – Bank asal Jerman, Deutsche Bank, memberikan peringatan terbaru terkait langkah pemerintah negara itu yang ingin melarang impor bahan energi dari Rusia. Deutsche Bank menyebut Jerman akan tenggelam dalam resesi yang dalam jika hal ini benar-benar diterapkan.
Dalam sebuah wawancara, CEO Deutsche Bank Christian Sewing memperkirakan pertumbuhan yang sangat lambat tahun ini sekitar 2% karena perang di Ukraina. Ini dapat bertambah buruk bila aliran gas Rusia dihentikan mengingat Jerman sangat bergantung pada pasokan itu.
“Situasinya akan lebih buruk jika impor atau pasokan minyak dan gas alam Rusia dihentikan. Resesi yang signifikan di Jerman kemudian hampir tidak dapat dihindari,” kata Sewing kepada wartawan seperti dikutip Reuters, Senin (4/4/2022).
“Pertanyaan tentang langkah-langkah bantuan pemerintah untuk perusahaan dan sektor kemudian akan menjadi lebih mendesak.”
Sebelumnya, wacana pelarangan impor gas Rusia disuarakan oleh Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht. Lambrecht mengatakan hal ini setelah Rusia dituduhkan melakukan pembantaian terhadap warga sipil di Bucha, Ukraina.
Lambrecht menyebut pembantaian itu sangat keterlaluan dan harus ada tekanan serius bagi rezim Rusia yang dipimpin Presiden Vladimir Putin.
“Harus ada tanggapan. Kejahatan semacam itu tidak boleh dibiarkan tanpa jawaban,” ujarnya kepada radio ARD.
Selain Jerman, hal senada juga diutarakan oleh Prancis. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan babak baru sanksi yang menargetkan Rusia sangatlah diperlukan. Kali ini, ia menargetkan larangan impor minyak dan batu bara dari Rusia.
Macron berasumsi ada indikasi yang jelas bahwa pasukan Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil di kota Bucha, Ukraina.
“Ada petunjuk yang sangat jelas menunjukkan kejahatan perang. Kurang lebih ditetapkan bahwa tentara Rusia bertanggung jawab (atas pembunuhan Bucha),” kata Macron kepada radio France Inter.
Eropa sendiri cukup bergantung pada pasokan gas dari Rusia. Pasokan ini terancam setelah Benua Biru menjatuhkan sanksi ekonomi dan isolasi finansial yang berat terhadap Moskow akibat manuvernya menyerang Ukraina.
Presiden Putin menyebut Eropa harus merasakan konsekuensi tegas dari tindakan ini. Meski tidak mengancam akan memutus gas ke Eropa, Putin mengharuskan Eropa untuk membayarnya dengan mata uang rubel. Ini karena Rusia saat ini terhambat dalam mengakses pembayaran melalui euro yang biasanya dilakukan dalam transaksi dengan Eropa. (CNBC Indonesia)