Untuk generasi tahun 2000-an, mungkin anda pernah mendengar lagu Letto yang berjudul, Lubang di Hati. Pada bait awalnya, terdapat lirik seperti ini,
Kubuka mata dan kulihat dunia
T’lah kuterima anugerah cintanya
Tak pernah aku menyesali yang kupunya
Tapi kusadari ada lubang dalam hati
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bagi anda yang timbul pertanyaan bahwa ini hanya sebuah lagu. Maka apa kaitannya dengan tasawuf?
Sekilas lagu tersebut seolah dinyanyikan untuk kekasih hati. Namun maknanya ternyata tidak sedangkal itu.
Ada sebuah hadis yang berbunyi, “Sesunguhnya dalam jasad manusia terdapat segumpal darah. Jika rusak, maka rusaklah semua jasad manusia. Dan jika baik, maka baik pulalah semua jasad manusia. Ingatlah bahwa ia adalah hati” (HR Bukhari-Muslim).
Hati dapat berisi sifat-sifat terpuji dan berisi sifat-sifat tercela, sehingga hati bersifat dinamis, kadang dipenuhi cahaya, kadang diliputi kegelapan. Fungsi hati menjadi tolak ukur keimanan seseorang.
Pada dasarnya hati berwarna putih dan terbentuk secara utuh. Kemudian karena keberadaan sifat-sifat tercela, terdapat bercak noda hitam di dalamnya. Lama-kelamaan setitik noda tersebut mengubah seluruh hati menjadi hitam. Begitu pula dengan keberadaan hati yang awalnya utuh, kemudian digerogoti oleh sifat-sifat tercela yang lama-kelamaan menghilangkan keikhlasan di dalamnya. Sifat-sifat inilah yang menjadi penyakit di dalam hati dan dapat membawa pada kehancuran di dunia dan di akhirat.
Dalam kitab Nashaihul Ibad, diterangkan bahwa hewan yang paling banyak ditakuti oleh para ulama adalah ‘ulat’. Mengapa demikian?
Ulat adalah hewan kecil yang sebetulnya sama sekali tidak berbahaya bagi keberlangsungan hidup manusia. Tapi ketika setangkai daun didiami oleh seekor ulat, maka daun tersebut akan berlubang. Lubang ini lama-kelamaan merambat ke semua daun yang ada pada pohon. Hingga matilah pohon tersebut dan tidak berbuah lagi.
Lalu bagaimana dengan hati manusia yang didiami ‘ulat’? Sebagaimana pohon tersebut, keberadaan ‘ulat’ di dalam hati akan memengaruhi seluruh organ tubuh. Anggota tubuh akan terkontaminasi penyakit dan mengakibatkan kerusakan.
Lagu yang berjudul “Lubang di Hati” seolah mengingatkan pendengar bahwa menusia sudah banyak menerima anugerah dari Allah Swt. namun karena penyakit yang ada di dalam hati, hilanglah rasa syukur kita dan timbullah rasa tamak.
Al Habib bin Abdullah bin Alawi al Haddad dalam kitabnya, An-Nashaihud Diniyyah wal Washaya al-Imaniyah menjelaskan bahwa sifat-sifat yang dapat merusak hati antaranya sebagai berikut:
1. Kesombongan
Sombong adalah sifat iblis sejak zaman azali hingga hari kiamat kelak. Kesombongan ada di dalam hati, tetapi tanda-tandanya terlihat di luar seperti tidak ingin didahului orang lain, suka menunjukkan keunggulan di atas orang lain, sehingga secara garis besar sombong itu ada dua hal, yaitu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.
2. Riya
Rasulullah saw. menyebut riya sebagai kemusyrikan kecil dan kemusyrikan yang tersembunyi. Orang yang memiliki sifat riya akan mencari kedudukan dan kehormatan di antara orang lain melalui amalnya, seperti orang yang shalat, puasa, bersedekah, melakukan haji, jihad, dan membaca al-Qur’an, agar orang-orang memuliakannya dan menghormatinya.
3. Iri hati dan dengki
Iri hati adalah tidak suka ketika melihat orang lain bahagia. Orang yang memiliki sifat iri hati, sejatinya menyembunyikan permusuhan, tipu daya dan kebencian kepada orang yang berada di atasnya. Iri hati dapat mematikan belas kasihan dan respect kepada orang lain karena selalu merasa ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain. Sehingga ia merasa tidak percaya diri dan mudah memusuhi.
4. Cinta dunia
Orang yang memiliki sifat cinta dunia akan mudah untuk menghalalkan segala cara demi memuaskan. Jiwanya serakah dan selalu menginginkan ini dan itu. Sifat tercela ini dapat menyebabkan kekikiran. Untuk itulah dalam ilmu tasawuf tahap utama untuk menuju makrifat adalah berperilaku zuhud, agar kita terhindar dari ketamakan dan tipu daya dunia.
5. Ghurur
Ghurur adalah mudahnya seseorang tertipu oleh apa yang ada di hadapannya bahwa seseorang karena lemahnya wawasan mengenai pendidikan agama dan kurangnya pengetahuan tentang sebuah kebenarannya, sehingga setan selalu mendominasi jiwanya.
Pada dasarnya, lubang di hati ini bisa tambal, yaitu dengan memperbanyak zikir dan amal shalih. Untuk itu, manusia hendaknya tidak langsung berputus asa atas dosa-dosa yang terlanjur diperbuat. Karena Ampunan Allah Swt. itu lebih besar dari sekedar buih di lautan. (JATMAN)