ACEH JAYA, LUGAS.CO | Aroen Meubanja merupakan sebuah Komunitas Konservasi Penyu di Aceh Jaya. Komunitas itu didirikan pada tahun 2012, tepat pada musim Penyu bertelur pada saat itu.
“Pada awalnya, saya berinisiatif membuat penyelamatkan telur Penyu untuk ditetaskan secara semi alami,” kata Ketua Konservasi Aroen Meubanja, Murniadi, Senin (27/1).
Dedi Penyu, sapaan akrab Murniadi mengatakan, Kelompok Konservasi Penyu hadir, karena kekhawatiran pihaknya atas perburuan telur Penyu yang sangat memprihatinkan.
“Saat itu, potensi Penyu masih ada di Gampong Keude Panga, Kuta Tuha dan Alue Piet yang merupakan pantai pendaratan Penyu untuk bertelur, namun semua telur Penyu diambil oleh pemburu untuk dijual dan dikomsumasi,” tutur Dedi Penyu.
Karena kondisi itu, sambung Dedi Penyu, dirinya mengajak teman-teman disana untuk membuat kelompok Konservasi Penyu Aroen Meubanja.
“Pada tahun pertama, hanya ada satu sarang telur yang kami coba selamatkan dan berhasil menetes menjadi tukik,” tutur Dedi Penyu.
Dedi Penyu menambahkan, tukik tersebut dilepasliarkan bersama masyarakat dan turut dihadiri Bupati Aceh Jaya kala itu.
“Seterusnya, kami berusaha agar diakui oleh DKP Aceh Jaya dan mendapat Surat Keputusan Bupati sebagai legalitas kelompok Konservasi Aroen Meubanja,” tambah Dedi Penyu.
Dedi Penyu mengaku, upaya penyelamatkan Penyu terus dilakukan dengan berbagai keterbatasan, dan terus menjadi relawan untuk menyelamatkan telur Penyu.
“Pada tahun 2016, DKP Aceh menerbitkan Surat Keputusan. Kegiatan kami terus berlanjut sampai saa ini dengan berbagai upaya yang kami lakukan secara swadaya,” tutup Dedi Penyu. ***